PENDAHULUAN
v Sejarah
fotografi
Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di
dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama
yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik
ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan.
Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang
Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan
peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan
kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945
foto jurnalis Indonesia lahir.
Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto
jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada
keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil
dari "being in the right place at the right time". Tetapi seorang
jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap
subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan
mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang
baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.
Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat
penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto.
Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan
kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus
bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari
foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.
v Seluk-beluk fotografi dan perkembangannya
Manusia sejak lama memang sudah lama tertarik
pada dunia gambar-menggambar,hal itu terbukti dari penemuan objek gambar di
gua-gua pada masa purba, seperti yang pernah ditemukan di Altamira, Spanyol dan
Cromagnon, Perancis.
Pada perkembangannya, manusia muncul keinginan
untuk mem-visualisasi-kan apa yang mereka lihat ke dalam bentuk-bentuk benda
yang menjadi cikal bakal pemakaian Pictogram (Tulisan yang berbentuk gambar)
seperti yang ditemukan di Mesir purba (Hieroghlyp), Sumeria (paku), dan
lain-lainnya.
Adapun perkembangan fotografi tidak terlepas
penemuan penting Ibnu Haitam dengan kamera Obskura-nya. Dengan penemuan yang
berbentuk ruangan gelap dan di lensa sebagai tempat keluarnya cahaya, maka
dunia "jepret-menjepret" pun dimulai.
Zaman pun berlalu, penemuan baru pun ditemukan.
Kali ini sebuah kaca dijadikan alat untuk menangkap cahaya yang sebelumnya
telah dilapisi dengan zat kimia tertentu. Alat ini merupakan cikal bakal kamera
modern. Setelah penemuan yang penting itu, pers pun akhirnya memakai penemuan
tersebut untuk proses fotografinya. Kira-kira pada abad ke-19 ditetapkan
sebagai abad perkembangan fotografi. Untuk pemakaian pertama, yaitu pada tahun
1653. Harian Holladsche Mercurius memuat gambar penobatan Cromwell menjadi raja
Inggris Raya. Sebagai gambaran, bahwa dengan adanya pemakaian kamera ini,
media-media pada zaman dahulu lebih banyak diminati dan memacu meningkatnya
jumlah oplah yang tercetak. Terbukti pada tahun 1914, Time mampu mencetak
200.000 oplah, dan bahkan pada tahun 1925, Illustrated Daily News mencetak
lebih dari 1.000.000 oplah!
Betapa besar pengaruhnya di media, sehingga
tidak heran jika belakangan ini timbul ide untuk mengapresiasikan karya
tersebut dengan penghargaan tingkat internasional, yang terkenal dengan
Pulitzer Award. Pada era sekarang pun, fotografi jurnalistik sudah
dikategorikan dalam sebuah seni.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Fotografi
Fotografi
(Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan
Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses
melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum,
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari
suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada
media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah
kamera. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto
yang bisa dibuat.
Prinsip
fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu
membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran
luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya
yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan
intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat
ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang
fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi
ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan
Kecepatan Rana
(Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut
sebagai Eksposur (Exposure).Di era fotografi digital dimana film tidak
digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital
ISO.
2. Kategori
dalam foto jurnalistik
Ada
beberapa pendapat tentang kategori foto jurnalistik. Kategori foto jurnalistik
yang diidentikkan sebagai foto berita menurut jurnalis senior di Surabaya,
A Zainuddin dibedakan berdasarkan dua obyek pemotretan Spot News dan
Portraits.
a. Spot News : Sebuah karya foto yang dalam merekam kejadian atau peristiwa
sesaat, dengan waktu yang sangat singkat dan tidak terulang.Dalam bidang kerja
seorang wartawan foto, kejadian yang tergolong dalam kategori ini misalnya,
kebakaran, kerusuhan, domonstrasi, saat kecelakaan, dan lain-lain.
b. Portraits (Potret) : Dalam kategori ini, obyek fotonya
lebih menonjolkon seseorang sebagai pribadi. Seseorang itu bisa tokoh, artis
maupun selebritis dan orang biasa. Menurut Zainuddin, sebuah foto dikatakan
berhasil apabila mampu memunculkan karakter sang objek melalui foto itu. Dalam
pemotretannya dilakukan dengan berbagai cara, super close-up (detail),
close-up, medium, atau long shot.Ada banyak kelompok foto berita, tetapi yang
disebut di atas adalah foto-foto yang paling sering muncul dalam pemberitaan.
Dari masing-masing kelompok itu kebanyakan dibuat tunggal tetapi bisa juga
dibuat beberapa foto sebagai rangkaian suatu cerita.Hal yang sama, yang pernah
dipaparkan oleh wartawan foto senior Kompas Arbain Rambey membedakan kategori
foto jurnalisk yang biasanya menjadi kebutuhan visual di dalam media cetak.
c. Jenis
foto hard news – adalah jenis
foto peristiwa atau kejadian yang terjadi saat itu juga.
Contohnya: Foto ledakan bom, kecelakaan KA, kecelakaan pesawat dll. Keutamaan
dari foto ini adalah harus disiarkan segera. Sebagus apa pun fotonya, apabila
disiarkan lusa menjadi basi, jadi terkesan bukan informasi baru. Jenis
foto features yakni foto kategori ini disebut juga sebagai foto
softnews, karena tak terlalu terikat waktu dalam pemuatannya. Ini beda dengan
foto hardnews yang harus disampaikan secepat mungkin.
3.
Peran foto jurnalistik
Keberhasilan revolusi komunikasi ditandai
dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat. Hal ini dapat
dimengerti karena alat komunikasi dapat menyebarkan berbagai informasi tentang
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, nilai-nilai, ideologi, kepercayaan,
dan lain sebagainya. Dengan informasi itu dapat menambah cakrawala dan
pengetahuan masyarakat sesuai dengan pesan yang diterima.
Proses komunikasi terjadi dengan dua tahapan
atau dua cara, yakni secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara
primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang terhadap
orang lain dengan menggunakan lambang, sebagai media. Lambang dari media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya.
Sedangkan komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaina pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Di antara sekian banyak alat untuk
berkomunikasi yang dijadikan media sebagai proses penyampain pesan, ada media
yang efektif dan efesien untuk menyampaikan pesan yaitu majalah. Dalam
operasionalnya majalah tidak dibatasi ruang dan waktu sehingga dapat dinikmati
oleh siapa pun. Tulisan dalam majalah dapat disimpan dan diperbanyak sehingga
dapat dibaca lagi kapan pun diperlukan. Sesuai dengan namanya, foto jurnalistik
adalah foto yang melaporkan sesuatu. Jurnal adalah laporan, dan
jusrnalistik adalah sesuatu yang bersifat laporan.
Meneurut editor foto majalah life dari
1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu
kesatuan komunikasi saat ada kesamaan latar belakang pendidikan dan sosial,
Perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk mengabadikan suatu moment
dalam bentuk gambar (visual), suara (audio), bahkan gambar dan suara secara
hidup (audio visual). Tulisan tidak lagi satu-satunya media yang digunakan
untuk manusia dalam berkomunikasi. Majalah Akbar merupakan majalah lokal yang
berada di Kabupaten Tuban, memiliki oplah yang lumayan untuk ukuran majalah
daerah. Seperti halnya majalah atau surat kabar pada umumnya, foto tidak dapat
dipisahkan dalam berita-beritanya.
Keberadaan foto dalam berita-berita pada
majalah Akbar menjadi suatu yang menarik bagi pembaca, karena foto
merekontruksi sebuh berita lebih kuat daripada sebuah tulisan dan foto bisa
menjadi suatu informasi yang lebih hidup. Latar belakang tersebut menarik
peneliti terutama dalam beberapa hal, foto jurnalistik merupakan komposisi
utama media cetak saat ini, foto jurnalistik dapat menjelaskan sebuah berita
dengan dimensi yang lebih hidup, dibanding dengan tulisan dan berita yang
disertai .dengan foto jurnalistik akan lebih bisa dipahami oleh para
pembacanya. Hal ini sangat menarik peneliti untuk mengadakan penelitian yang
lebih lanjut mengenai peran foto jurnalistik pada majalah Akbar.
4. Foto jurnalistik yang mengandung human interest
Definisi dan Karakter Menurut Guru besar Universitas
Missouri, AS, Cliff Edom adalah word dan pictures. Sementara menurut editor
foto majalah life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar
yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar
belakang pendidikan dan sosial pembacanya.
Sedangkan karakter yang menjadi pembeda dalam
foto jurnalistik ada delapan karakter utama yang menurut Frank P. Hoy sebagai
berikut :Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication
photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekpresikan pandangan wartawan
foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan
ekspresi pribadi.
Medium foto jurnalistik adalah media cetak
Koran atau majalah, dan media kabel atau juga internet seperti kantor berita. Kegiatan
foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks foto. Foto jurnalistik
mengacu pada manusia. Manusia adalah subyek, sekaligus pembaca foto jurnalistik
Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini
berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang
yang beraneka ragam. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi
kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesame, sesuai amandemen
kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press). Foto
berita dan features Sama-sama merupakan bentuk foto jurnalistik, tetapi yang
bias dibedakan adalah dari segi bobot dan watu penyiarannya. Yaitu foto berita
umumnya segera disiarkan, sementara foto features bias ditunda kapan saja.
Dari segi temanya foto berita umumnya adalah
politik, criminal, olahraga dan ekonomi yang selalu ingin diketahui
perkembangannya dari waktu ke waktu oleh pembaca. Sedangkan foto features
temanya lebih kepada masalah ringan yang menghibur dan tidak membutuhkan
pemikiran yang mendalam bagi pembacanya serta mudah dicerna.. Foto tunggal dan foto seri Foto
tunggal (single picture) yaitu fotojurnalistik yang berdiri sendiri dalam
penyampaiannya. Sedangkan foto seri merupakan foto-foto yang terdiri atas lebih
dari satu foto tetapi tetap dalam satu tema.
Teks
fotoTeks foto yaitu kata-kata yang menjelaskan foto. Dan keberadaannya adalah
sebagai pelengkap suatu foto. Tanpa teks maka foto jurnalistik hanyalah sebuah
gambar yang bias dilihat tetapi tidak dapat diketahui dengan jelas informasi di
baliknya.
Syarat-syarat
teks foto menurut Lembaga Kantor Berita,
adalah sebagai berikut :
a.
Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat. Kalimat
pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data yang
dimiliki.
b.
Teks foto harus mengandung minimal unsure 5 W +
H, yaitu who, what, where, when, why + how
c.
Dibuat dengan kalimat aktif sederhana Diawali
dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tangal penyiaran dan judul, serta
diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto.
5.
Jenis-jenis foto jurnalistik
menurut World Press Photo Foundation dikategorikan sebagai berikut :
1.
Spot PhotoFoto spot adalah foto
yang dibuat dari peristiwa yang tidak terduga dan terjadwal langsung di lokasi
kejadian. Misalnya foto kebakaran, kecelakaan, perkelahian, perang. Hasil
foto ini harus segera disiarkan. Dan menuntut keberanian dan keberuntungan
fotografer.
2.
General News Photo Adalah
foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa .
Temanya bias bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan humor.
3.
People in the News Photo Adalah foto tentang
orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah orang atau
pribadi yang menjadi berita itu.
4.
Daily Life Photo Adalah foto tentang kehidupan
sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanuasiawiannya (human interest).
Misalnya, foto tentang pedagang gitar.
5.
Portrait Adalah foto yang
menampilkan wajah seseorang secara close up dan ditampilkan karena adanya
kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kehasan lainnya.
6.
Sport Photo Adalah foto yang
dibuat dari peristiwa olahraga.
7.
Science and Technology Photo
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
8.
Art and culture Photo Adalah
foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.
9.
Social and Environment Adalah
foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
SyaratSyarat yang paling utama dalam fotojurnalistik adalah foto
harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun
penyiarannya. Di Indonesia, etika yang mengaturnya ada pada kode etik
jurnalistik khususnya pada pasal 2 dan 3. Pasal 2 berisi pertanggung jawaban
yang antara lain : wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya
destruktif dan dapat merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang dapat
menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama,
kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi
undang-undang. Sementara pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan
pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan
cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawam Indonesia
meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan
juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Didalam menyusun berita ,
wartwan Indonesia membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini).
Ciri-ciri Foto Jurnalistik :
·
Memimiliki nilai berita
·
Melenkapi suatu berita
·
Di muat dalam suatu media
Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur :
·
Aktualitas.
·
Berhubungan dengan berita.
·
Kejadian luar biasa.
·
Promosi.
·
Kepentingan.
·
Human Interest.
·
Universal.
Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian:
1.
Spot news : Foto-foto
insidential/ tanpa perencanaan. (ex: foto bencana, kerusuhan, dll).
2.
General news : Foto yang
terencana (ex : foto SU MPR, foto olahraga).
3.
Foto Feature : Foto untuk
mendukung suatu artikel.
4.
Esai Foto : Kumpulan beberapa
foto yang dapat bercerita.
Foto yang sukses Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto
jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada
keberuntungan.Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang
melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto
seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting
mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil
untuk diulang kembali.
Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah
nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto. Seorang jurnalis foto harus bisa
menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang
dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah
mengerti isi dari foto.
5.
METODE FOTO JURNALISTIK|
Masih
terkait pembahasan visual bagi seorang foto jurnalis, ada beberapa hal lain
yang perlu diperhatikan dalam membuat karya-karya fotonya. Walter Cronkite
Schol of Jurnalism Telecommunication Arizona State University memperkenalkan
metode untuk mendapatkan variasi visual angle dan pilihan dalam melakukan
pengambilan sebuah obyek gambar dalam peliputan. Yang disebut dengan metode
EDFAT. Metode ini adalah suatu metode pemotretan untuk melatih kepekaan dalam
melihat sesuatu secara detail yang runtut dan tajam. Tahapan-tahapan yang
dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses dalam mengincar
suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Berikut ke lima tahapan
metode dalam pemotretan itu:
a.
Metode E (Entire) adalah
tahapan yang dikenal juga sebagai Establised Shot, suatu keseluruhan pemotretan
yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain, untuk
mengintai bagian-bagian lain untuk dipilih sebagai obyek pemotretan.
b.
Metode D (Detail) suatu
pilihan atas bagian tertentu dan keseluruhan pandangan terdahulu (entire).
Dalam tahap ini dilakukan suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang
dinilai paling tepat sebagai point of interest-nya. Pada tahap ini penglihatan
dalam proses yang sedemikian cepat, diramu dengan pengetahuan jurnalistik yang
memadai untuk menghasilkan imaji yang diinginkan.
c.
Metode F (Frame) tahap
dimana kita membingkai suatu detail yang telah dipilih. Fase ini mengantar
seorang calon foto jurnalis mengenal arti sebuah komposisi, pola, tekstur, dan
bentuk obyek pemotretan secara akurat. Dalam pase ini rasa artistik seorang
foto jurnalis semakin penting.
d.
Metode A (Angle) tahap
dimana sudut pandang menjadi dominan pada fase sebagai pilihan untuk posisi
dalam pengambilan gambar. Apakah itu dengan memilih sudut pengambilan dari
ketinggian, kerendahan, level mata, kidal, kanan dan cara lain dalam melihat
sudut pandang. Pada fase ini seorang foto jurnalis menjadi penting untuk
mengkonsepsikan visual apa yang diinginkannya.
e.
Metode T (Time), tahapan penentuan penyiaran dengan kombinasi
yang tepat antara diafragma dan kecepatan (shutter speed) atas ke empat
tingkatan metode yang telah disebutkan di atas. Pengetahuan teknis atas
keinginan pembekuan gerak atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat
dasar yang sangat diperlukan.
Memilih metode ini sangat praktis kiranya, dan dapat dijadikan pedomanan dan
kebiasaan, manakala seorang foto jurnalis pemula sedang mendalami
fotojurnalistik. Paling tidak metode EDFAT
ini membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau
kondisi visual bernilai berita, yang cepat dan lugas.
Fotojurnalistik memang suatu profesi yang tidak sekadar menyajikan yang
tersirat dalam foto yang dipublikasikan melalui beragam media canggih saat ini.
Seorang fotojurnalis juga harus memiliki nurani dan tanggungjawab sosial atas
karya-karyanya disamping keahlian dan kecekatan yang dimiliki.
Untuk
menghasilkan foto-foto yang berkualitas tentu saja dibutuhkan kesabaran dan
kerja keras. Dan yang tak kalah penting seorang fotokurnalis sebagiknya juga
harus memahami terhadap obyeknya. Untuk itu, dengan berbekal pengetahuan yang
luas, seorang fotojurnalis akan dengan mudah bergaul, memahami
kebiasaan-kebiasaan sosial masyarakat atas suatu peristiwa yang bernilai
berita.
Kecepatan
dalam menangkap moment juga menjadi faktor penting bagi seorang fotojurnalis.
Karena pada dasarnya hakekat dalam memotret itu adalah: Ada fakta/peristiwa
(obyek yang difoto), Poin of interest (hal penting yang menjadi interes saat
memotret), Penguasaan teknik fotografi (penguasaan terhadap alat), Hasil yang
dicapai (karya yang baik).
KESIMPULAN
Jadi kontribusi fotografi dalam jurnalistik itu
adalah proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek
dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang
peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa
dibuat dan bisa berkesinambungan dengan bidang
jurnalistik di antaranya :
a. Spot News : Sebuah karya foto yang dalam merekam kejadian atau peristiwa
sesaat, dengan waktu yang sangat singkat dan tidak terulang. Dalam bidang kerja
seorang wartawan foto, kejadian yang tergolong dalam kategori ini misalnya,
kebakaran, kerusuhan, domonstrasi, saat kecelakaan, dan lain-lain.
b. Portraits (Potret) : Dalam kategori ini, obyek fotonya
lebih menonjolkon seseorang sebagai pribadi. Seseorang itu bisa tokoh, artis
maupun selebritis dan orang biasa.Menurut Zainuddin, sebuah foto dikatakan
berhasil apabila mampu memunculkan karakter sang objek melalui foto itu. Dalam
pemotretannya dilakukan dengan berbagai cara, super close-up (detail),
close-up, medium, atau long shot.Ada banyak kelompok foto berita, tetapi yang
disebut di atas adalah foto-foto yang paling sering muncul dalam pemberitaan.
Dari masing-masing kelompok itu kebanyakan dibuat tunggal tetapi bisa juga
dibuat beberapa foto sebagai rangkaian suatu cerita.Hal yang sama, yang pernah
dipaparkan oleh wartawan foto senior Kompas Arbain Rambey membedakan kategori
foto jurnalisk yang biasanya menjadi kebutuhan visual di dalam media cetak,
diantaranya
c. Jenis
foto hard news – adalah jenis
foto peristiwa atau kejadian yang terjadi saat itu juga.
Contohnya: Foto ledakan bom, kecelakaan KA, kecelakaan pesawat dll. Keutamaan
dari foto ini adalah harus disiarkan segera. Sebagus apa pun fotonya, apabila
disiarkan lusa menjadi basi, jadi terkesan bukan informasi baru. Jenis
foto features – yakni foto kategori ini disebut juga sebagai
foto softnews, karena tak terlalu terikat waktu dalam pemuatannya. Ini beda
dengan foto hardnews yang harus disampaikan secepat mungkin.