Minggu, 10 Februari 2013

fotografi



PENDAHULUAN

v    Sejarah fotografi
Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.
Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari "being in the right place at the right time". Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.
Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto.
Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.

v    Seluk-beluk fotografi dan perkembangannya
Manusia sejak lama memang sudah lama tertarik pada dunia gambar-menggambar,hal itu terbukti dari penemuan objek gambar di gua-gua pada masa purba, seperti yang pernah ditemukan di Altamira, Spanyol dan Cromagnon, Perancis.
Pada perkembangannya, manusia muncul keinginan untuk mem-visualisasi-kan apa yang mereka lihat ke dalam bentuk-bentuk benda yang menjadi cikal bakal pemakaian Pictogram (Tulisan yang berbentuk gambar) seperti yang ditemukan di Mesir purba (Hieroghlyp), Sumeria (paku), dan lain-lainnya.
Adapun perkembangan fotografi tidak terlepas penemuan penting Ibnu Haitam dengan kamera Obskura-nya. Dengan penemuan yang berbentuk ruangan gelap dan di lensa sebagai tempat keluarnya cahaya, maka dunia "jepret-menjepret" pun dimulai.
Zaman pun berlalu, penemuan baru pun ditemukan. Kali ini sebuah kaca dijadikan alat untuk menangkap cahaya yang sebelumnya telah dilapisi dengan zat kimia tertentu. Alat ini merupakan cikal bakal kamera modern. Setelah penemuan yang penting itu, pers pun akhirnya memakai penemuan tersebut untuk proses fotografinya. Kira-kira pada abad ke-19 ditetapkan sebagai abad perkembangan fotografi. Untuk pemakaian pertama, yaitu pada tahun 1653. Harian Holladsche Mercurius memuat gambar penobatan Cromwell menjadi raja Inggris Raya. Sebagai gambaran, bahwa dengan adanya pemakaian kamera ini, media-media pada zaman dahulu lebih banyak diminati dan memacu meningkatnya jumlah oplah yang tercetak. Terbukti pada tahun 1914, Time mampu mencetak 200.000 oplah, dan bahkan pada tahun 1925, Illustrated Daily News mencetak lebih dari 1.000.000 oplah!
Betapa besar pengaruhnya di media, sehingga tidak heran jika belakangan ini timbul ide untuk mengapresiasikan karya tersebut dengan penghargaan tingkat internasional, yang terkenal dengan Pulitzer Award. Pada era sekarang pun, fotografi jurnalistik sudah dikategorikan dalam sebuah seni.














PEMBAHASAN

1.      Pengertian Fotografi
Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan
Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure).Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

2.      Kategori dalam foto jurnalistik
Ada beberapa pendapat tentang kategori foto jurnalistik. Kategori foto jurnalistik yang diidentikkan sebagai foto berita menurut jurnalis senior di Surabaya,  A Zainuddin dibedakan berdasarkan dua obyek pemotretan Spot News dan Portraits.
a.       Spot News : Sebuah karya foto yang dalam merekam kejadian atau peristiwa sesaat, dengan waktu yang sangat singkat dan tidak terulang.Dalam bidang kerja seorang wartawan foto, kejadian yang tergolong dalam kategori ini misalnya, kebakaran, kerusuhan, domonstrasi, saat kecelakaan, dan lain-lain.
b.      Portraits (Potret)  : Dalam kategori ini, obyek fotonya lebih menonjolkon seseorang sebagai pribadi. Seseorang itu bisa tokoh, artis maupun selebritis dan orang biasa. Menurut Zainuddin, sebuah foto dikatakan berhasil apabila mampu memunculkan karakter sang objek melalui foto itu. Dalam pemotretannya dilakukan dengan berbagai cara, super close-up (detail), close-up, medium, atau long shot.Ada banyak kelompok foto berita, tetapi yang disebut di atas adalah foto-foto yang paling sering muncul dalam pemberitaan. Dari masing-masing kelompok itu kebanyakan dibuat tunggal tetapi bisa juga dibuat beberapa foto sebagai rangkaian suatu cerita.Hal yang sama, yang pernah dipaparkan oleh wartawan foto senior Kompas Arbain Rambey membedakan kategori foto jurnalisk yang biasanya menjadi kebutuhan visual di dalam media cetak.
c.        Jenis foto hard news adalah jenis foto peristiwa atau kejadian yang terjadi saat itu juga.
Contohnya: Foto ledakan bom, kecelakaan KA, kecelakaan pesawat dll. Keutamaan dari foto ini adalah harus disiarkan segera. Sebagus apa pun fotonya, apabila disiarkan lusa menjadi basi, jadi terkesan bukan informasi baru. Jenis foto features yakni foto kategori ini disebut juga sebagai foto softnews, karena tak terlalu terikat waktu dalam pemuatannya. Ini beda dengan foto hardnews yang harus disampaikan secepat mungkin.

3.      Peran foto jurnalistik

Keberhasilan revolusi komunikasi ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat. Hal ini dapat dimengerti karena alat komunikasi dapat menyebarkan berbagai informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, nilai-nilai, ideologi, kepercayaan, dan lain sebagainya. Dengan informasi itu dapat menambah cakrawala dan pengetahuan masyarakat sesuai dengan pesan yang diterima.
Proses komunikasi terjadi dengan dua tahapan atau dua cara, yakni secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang terhadap orang lain dengan menggunakan lambang, sebagai media. Lambang dari media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya. Sedangkan komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaina pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Di antara sekian banyak alat untuk berkomunikasi yang dijadikan media sebagai proses penyampain pesan, ada media yang efektif dan efesien untuk menyampaikan pesan yaitu majalah. Dalam operasionalnya majalah tidak dibatasi ruang dan waktu sehingga dapat dinikmati oleh siapa pun. Tulisan dalam majalah dapat disimpan dan diperbanyak sehingga dapat dibaca lagi kapan pun diperlukan. Sesuai dengan namanya, foto jurnalistik adalah foto yang  melaporkan  sesuatu. Jurnal adalah laporan, dan jusrnalistik adalah sesuatu yang bersifat laporan.
Meneurut editor foto majalah life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan latar belakang pendidikan dan sosial, Perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk mengabadikan suatu moment dalam bentuk gambar (visual), suara (audio), bahkan gambar dan suara secara hidup (audio visual). Tulisan tidak lagi satu-satunya media yang digunakan untuk manusia dalam berkomunikasi. Majalah Akbar merupakan majalah lokal yang berada di Kabupaten Tuban, memiliki oplah yang lumayan untuk ukuran majalah daerah. Seperti halnya majalah atau surat kabar pada umumnya, foto tidak dapat dipisahkan dalam berita-beritanya.
Keberadaan foto dalam berita-berita pada majalah Akbar menjadi suatu yang menarik bagi pembaca, karena foto merekontruksi sebuh berita lebih kuat daripada sebuah tulisan dan foto bisa menjadi suatu informasi yang lebih hidup. Latar belakang tersebut menarik peneliti terutama dalam beberapa hal, foto jurnalistik merupakan komposisi utama media cetak saat ini, foto jurnalistik dapat menjelaskan sebuah berita dengan dimensi yang lebih hidup, dibanding dengan tulisan dan berita yang disertai .dengan foto jurnalistik akan lebih bisa dipahami oleh para pembacanya. Hal ini sangat menarik peneliti untuk mengadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai peran foto jurnalistik pada majalah Akbar.
4.      Foto jurnalistik yang mengandung human interest
Definisi dan Karakter Menurut Guru besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom adalah word dan pictures. Sementara menurut editor foto majalah life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.
Sedangkan karakter yang menjadi pembeda dalam foto jurnalistik ada delapan karakter utama yang menurut Frank P. Hoy sebagai berikut :Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekpresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
Medium foto jurnalistik adalah media cetak Koran atau majalah, dan media kabel atau juga internet seperti kantor berita. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks foto. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subyek, sekaligus pembaca foto jurnalistik Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesame, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).  Foto berita dan features Sama-sama merupakan bentuk foto jurnalistik, tetapi yang bias dibedakan adalah dari segi bobot dan watu penyiarannya. Yaitu foto berita umumnya segera disiarkan, sementara foto features bias ditunda kapan saja.
Dari segi temanya foto berita umumnya adalah politik, criminal, olahraga dan ekonomi yang selalu ingin diketahui perkembangannya dari waktu ke waktu oleh pembaca. Sedangkan foto features temanya lebih kepada masalah ringan yang menghibur dan tidak membutuhkan pemikiran yang mendalam bagi pembacanya serta mudah dicerna.. Foto tunggal dan foto seri Foto tunggal (single picture) yaitu fotojurnalistik yang berdiri sendiri dalam penyampaiannya. Sedangkan foto seri merupakan foto-foto yang terdiri atas lebih dari satu foto tetapi tetap dalam satu tema.
Teks fotoTeks foto yaitu kata-kata yang menjelaskan foto. Dan keberadaannya adalah sebagai pelengkap suatu foto. Tanpa teks maka foto jurnalistik hanyalah sebuah gambar yang bias dilihat tetapi tidak dapat diketahui dengan jelas informasi di baliknya.
Syarat-syarat teks foto menurut Lembaga Kantor  Berita, adalah sebagai berikut :
a.       Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat. Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data yang dimiliki.
b.      Teks foto harus mengandung minimal unsure 5 W + H, yaitu who, what, where, when, why + how
c.       Dibuat dengan kalimat aktif sederhana Diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tangal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto.

5.    Jenis-jenis foto jurnalistik menurut World Press Photo Foundation dikategorikan sebagai berikut :
1.      Spot PhotoFoto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terduga dan terjadwal langsung di lokasi kejadian. Misalnya foto kebakaran, kecelakaan, perkelahian, perang.  Hasil foto ini harus segera disiarkan. Dan menuntut keberanian dan keberuntungan fotografer.
2.      General News Photo Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa . Temanya bias bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan humor.
3.       People in the News Photo Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah orang atau pribadi yang menjadi berita itu.
4.       Daily Life Photo Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanuasiawiannya (human interest). Misalnya, foto tentang pedagang gitar.
5.      Portrait Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kehasan lainnya.
6.      Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga.
7.      Science and Technology Photo Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8.      Art and culture Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.
9.      Social and Environment Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
SyaratSyarat yang paling utama dalam fotojurnalistik adalah foto harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Di Indonesia, etika yang mengaturnya ada pada kode etik jurnalistik khususnya pada pasal 2 dan 3. Pasal 2 berisi pertanggung jawaban yang antara lain : wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang. Sementara pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawam Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Didalam menyusun berita , wartwan Indonesia membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini).
Ciri-ciri Foto Jurnalistik :
·         Memimiliki nilai berita
·         Melenkapi suatu berita
·         Di muat dalam suatu media
Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur :
·         Aktualitas.
·         Berhubungan dengan berita.
·         Kejadian luar biasa.
·         Promosi.
·         Kepentingan.
·         Human Interest.
·         Universal.
Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian:
1.      Spot news : Foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (ex: foto bencana, kerusuhan, dll).
2.      General news : Foto yang terencana (ex : foto SU MPR, foto olahraga).
3.      Foto Feature : Foto untuk mendukung suatu artikel.
4.      Esai Foto : Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.
Foto yang sukses Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan.Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.
Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto. Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto.
5.      METODE FOTO JURNALISTIK|
Masih terkait pembahasan visual bagi seorang foto jurnalis, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat karya-karya fotonya. Walter Cronkite Schol of Jurnalism Telecommunication Arizona State University memperkenalkan metode untuk mendapatkan variasi visual angle dan pilihan dalam melakukan pengambilan sebuah obyek gambar dalam peliputan. Yang disebut dengan metode EDFAT. Metode ini adalah suatu metode pemotretan untuk melatih kepekaan dalam melihat sesuatu secara detail yang runtut dan tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Berikut ke lima tahapan metode dalam pemotretan itu:
a.       Metode E (Entire) adalah tahapan yang dikenal juga sebagai Establised Shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain, untuk mengintai bagian-bagian lain untuk dipilih sebagai obyek pemotretan.
b.      Metode D (Detail) suatu pilihan atas bagian tertentu dan keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Dalam tahap ini dilakukan suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest-nya. Pada tahap ini penglihatan dalam proses yang sedemikian cepat, diramu dengan pengetahuan jurnalistik yang memadai untuk menghasilkan imaji yang diinginkan.
c.       Metode F (Frame) tahap dimana kita membingkai suatu detail yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti sebuah komposisi, pola, tekstur, dan bentuk obyek pemotretan secara akurat. Dalam pase ini rasa artistik seorang foto jurnalis semakin penting.
d.      Metode A (Angle) tahap dimana sudut pandang menjadi dominan pada fase sebagai pilihan untuk posisi dalam pengambilan gambar. Apakah itu dengan memilih sudut pengambilan dari ketinggian, kerendahan, level mata, kidal, kanan dan cara lain dalam melihat sudut pandang. Pada fase ini seorang foto jurnalis menjadi penting untuk mengkonsepsikan visual apa yang diinginkannya.
e.       Metode T (Time), tahapan penentuan penyiaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan (shutter speed) atas ke empat tingkatan metode yang telah disebutkan di atas. Pengetahuan teknis atas keinginan pembekuan gerak atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.
Memilih metode ini sangat praktis kiranya, dan dapat dijadikan pedomanan dan kebiasaan, manakala seorang foto jurnalis pemula sedang mendalami fotojurnalistik. Paling tidak metode  EDFAT ini membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bernilai berita, yang cepat dan lugas.
Fotojurnalistik memang suatu profesi yang tidak sekadar menyajikan yang tersirat dalam foto yang dipublikasikan melalui beragam media canggih saat ini. Seorang fotojurnalis juga harus memiliki nurani dan tanggungjawab sosial atas karya-karyanya disamping keahlian dan kecekatan yang dimiliki.
Untuk menghasilkan foto-foto yang berkualitas tentu saja dibutuhkan kesabaran dan kerja keras. Dan yang tak kalah penting seorang fotokurnalis sebagiknya juga harus memahami terhadap obyeknya. Untuk itu, dengan berbekal pengetahuan yang luas, seorang fotojurnalis akan dengan mudah bergaul, memahami kebiasaan-kebiasaan sosial masyarakat atas suatu peristiwa yang bernilai berita.
Kecepatan dalam menangkap moment juga menjadi faktor penting bagi seorang fotojurnalis. Karena pada dasarnya hakekat dalam memotret itu adalah: Ada fakta/peristiwa (obyek yang difoto), Poin of interest (hal penting yang menjadi interes saat memotret), Penguasaan teknik fotografi (penguasaan terhadap alat), Hasil yang dicapai (karya yang baik).
















KESIMPULAN
Jadi kontribusi fotografi dalam jurnalistik itu adalah proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat dan bisa berkesinambungan dengan bidang  jurnalistik di antaranya :
a.       Spot News : Sebuah karya foto yang dalam merekam kejadian atau peristiwa sesaat, dengan waktu yang sangat singkat dan tidak terulang. Dalam bidang kerja seorang wartawan foto, kejadian yang tergolong dalam kategori ini misalnya, kebakaran, kerusuhan, domonstrasi, saat kecelakaan, dan lain-lain.
b.      Portraits (Potret)  : Dalam kategori ini, obyek fotonya lebih menonjolkon seseorang sebagai pribadi. Seseorang itu bisa tokoh, artis maupun selebritis dan orang biasa.Menurut Zainuddin, sebuah foto dikatakan berhasil apabila mampu memunculkan karakter sang objek melalui foto itu. Dalam pemotretannya dilakukan dengan berbagai cara, super close-up (detail), close-up, medium, atau long shot.Ada banyak kelompok foto berita, tetapi yang disebut di atas adalah foto-foto yang paling sering muncul dalam pemberitaan. Dari masing-masing kelompok itu kebanyakan dibuat tunggal tetapi bisa juga dibuat beberapa foto sebagai rangkaian suatu cerita.Hal yang sama, yang pernah dipaparkan oleh wartawan foto senior Kompas Arbain Rambey membedakan kategori foto jurnalisk yang biasanya menjadi kebutuhan visual di dalam media cetak, diantaranya
c.        Jenis foto hard news adalah jenis foto peristiwa atau kejadian yang terjadi saat itu juga.
Contohnya: Foto ledakan bom, kecelakaan KA, kecelakaan pesawat dll. Keutamaan dari foto ini adalah harus disiarkan segera. Sebagus apa pun fotonya, apabila disiarkan lusa menjadi basi, jadi terkesan bukan informasi baru. Jenis foto features – yakni foto kategori ini disebut juga sebagai foto softnews, karena tak terlalu terikat waktu dalam pemuatannya. Ini beda dengan foto hardnews yang harus disampaikan secepat mungkin.

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international voip calls