Minggu, 28 Juli 2013

Sekolah Pra Nikah, Kenapa Tidak?


Duh, menikah. Begitu penuh pesona misteri yang mendebarkan. Kelihatannya indah sekali kehidupan pasca-akad dalam novel-novel itu. Bahagianya raut wajah pasangan-pasangan halal dalam foto-foto yang mereka post di facebook. Bagaimana dengan romansa? Juga bayi-bayi imut-lucu yang tersenyum setiap kita usap pipinya? Siapa tahan!
Sayangnya warna-warni pelangi tadi tak selalu hadir dalam setiap kehidupan pernikahan. Riset membuktikan, kebanyakan orang yang ingin menikah tak selalu paham akan resiko dan kendala saat pra dan pascanikah. Inilah penyulut masalah-masalah klasik dalam kehidupan rumah tangga masyarakat masa kini. Mulai dari masalah-masalah kecil, sampai ke kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan perceraian. Kebanyakan belum mengerti; siapkah saya untuk menikah?
Kenapa saya harus menikah?
Inti pernikahan sendiri sebenarnya adalah untuk meraih ridha Allah. Tak hanya itu, di dalamnya juga butuh proses panjang pembelajaran dalam memahami dan melaksanakan hak-kewajiban seluruh anggota keluarga. Analogi “belajar naik sepeda” jelas tak bisa diterapkan. Baiknya, sebelum menikah masing-masing calon mempelai mempelajari ilmu-ilmu pernikahan terlebih dahulu.
Memahami kebutuhan ini, Divisi Bidang Dakwah memfasilitasi masyarakat dengan Program Sekolah Pra Nikah. Dalam program ini peserta mendapat informasi dan pengetahuan berharga soal seluk beluk pernikahan. Program ini awalnya didirikan setelah adanya keluh kesah teman-teman di Bidang Dakwah .
“Oh ternyata pernikahan itu begini-begini dan tidak seperti yang dibayangkan kayak princess dan pangeran yang kisahnya selalu happy ending. Banyak yang harus diselesaikan ketika problem-problemnya itu ada,” tutur Kelana Purnamasari Aisyah Rahma, Ketua Program Sekolah Pra Nikah, saat diwawancarai Selasa (23/4) lalu.
Sekolah Pra Nikah sendiri berdiri sejak tahun 2007, dan kini sudah mencapai angkatan ke-18. Pesertanya dari berbagai kalangan, dengan minimal usia 18 tahun. Kebanyakan berstatus mahasiswa tingkat akhir. Meski begitu, tak sedikit pula peserta yang sudah memiliki pekerjaan.
Pertama-tama peserta akan dikukuhkan niatnya, bahwa menikah itu untuk ibadah. Kemudian dilanjutkan dengan mengenal karakter diri dan (calon) pasangan. Tujuannya tak lain untuk belajar mengisi kekurangan dengan kelebihan masing-masing. Peserta juga diberi solusi untuk masalah-masalah seputar pernikahan, misalnya masalah komunikasi. Ada pula materi-materi seperti cara menyiapkan pernikahan (Wedding Organizer), dari budgeting sampai eksekusinya. Tak hanya itu, peserta juga akan mendapat CD rekaman materi, modul, konseling pranikah, serta sertifikat.
“Jadi biasanya dari Departemen Agama  (Depag) sendiri kan ada, tuh, bimbingan pranikah. Nah, kalau sudah mengikuti sekolah pranikah, dengan menunjukkan sertifikat dari Sekolah Pranikah dia tidak usah lagi mengikuti bimbingan dari Depag atau KUA karena kita Insya Allah sedang proses melegalkan sertifikatnya,” jelas wanita yang akrab dipanggil Rahma ini.
Menurut Rahma, dengan mengikuti Sekolah Pra Nikah peserta akan memiliki bayangan soal kehidupan pernikahan. Jangan sampai mereka tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Pernikahan merupakan hal yang sakral. Sudah seharusnya semua pihak menyadari hak dan kewajiban masing-masing. Dengan begitu, pernikahan dapat menjadi sarana mewujudkan ketentraman dan ketenangan hati.

“Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin ayat 36)[Ed: Dh]

posted by : Bustomi Friday, 3 May 2013

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international voip calls