Senin, 20 Mei 2013



Sumber: http://www.2lisan.com/1067/cara-memperbaiki-flashdisk-yang/#.UZrEXKKnpTk

Bagi anda yang sedang mengalami masalah dengan flashdisk, khususnya kasus flashdisk terdeteksi di Windows namun tidak bisa di format anda bisa menggunakan beberapa cara berikut ini untuk memperbaikinya : Format flashdisk melalui Linux/LiveCD Linux (original page: http://linux.or.id/node/2835/) Langkah yang harus dilakukan: Booting komputer menggunakan LiveCD Linux, misal Slax KillBill, Knoppix atau distro lainnya, Setelah login ke sistem, masukkan flashdisk yang bermasalah tadi ke salah satu port USB. Demi keamanan data, pastikan hanya flashdisk yang bermasalah saja yang terpasang, Pastikan flashdisk anda terdeteksi, atau setidaknya indikator led nyala, Masuk ke console Pada console jalankan cfdisk /dev/sda1 (sesuaikan dengan flashdisk ke berapa yang terpasang), Delete atau hapus partisi pada flashdisk, Buat partisi baru dengan memilih Create New | Write, Simpan perubahan yang baru saja anda lakukan, Format flashdisk dengan cara mengetikan perintah mkfs.vfat-f32 /dev/sda1 di console. Flashdisk anda telah memiliki partisi baru, sehingga bisa digunakan kembali baik di Linux maupun di Windows. Format flashdisk Menggunakan USB Disk Storage Format Tool Di samping cara di atas, anda juga bisa menggunakan tools yang dikeluarkan oleh pihak ketiga. Salah satunya adalah Hewlet Packard (HP). Walaupun tools ini dikeluarkan oleh HP, namun utilisasinya juga bisa digunakan pada flashdisk merek lain. Berikut langkah-langkah memperbaiki flashdisk yang tidak bisa di format menggunakan HP USB Disk Storage Format Tool: Download aplikasi HP USB Disk Storage Format Tool di sini, Install aplikasi tersebut, rekomendasi OS yang digunakan adalah Microsoft Windows 2000, Windows 2003 Server dan Novel Netware, Masukkan flashdisk yang bermasalah ke salah satu port USB. Pastikan flashdisk anda terdeteksi dan memperoleh alokasi drive di Windows, Jalankan aplikasi HP USB Disk Storage Format Tool Tentukan drive tempat flashdisk terpasang, Pilih Create New or Replace Existing Configuration untuk membuat partisi baru baru dan menghapus konfigurasi yang ada di flashdisk, Format flashdisk anda sesuai dengan file sistem yang diinginkan. Selamat mencoba, mudah-mudahan bermanfaat.

Sumber: http://www.2lisan.com/1067/cara-memperbaiki-flashdisk-yang/#.UZrEXKKnpTk

Senin, 13 Mei 2013

Pengajian Wanita Salman (PWS): Ngaji yuk, Bu!


Ibu-ibu yang telah selesai mengikuti kegiatan Kursus Kesejahteraan Rohani (KKR) berfoto bersama. Foto: Dok. PWS
Ibu-ibu yang telah selesai mengikuti kegiatan Kursus Kesejahteraan Rohani (KKR) berfoto bersama.
Foto: Dok. PWS
Semua orang tahu kehidupan rumah tangga itu rumit dan sarat dengan masalah. Para ibu kerap dipusingkan dengan masalah-masalah tersebut. Stres? Pasti. Tak sedikit ibu – ibu yang mengaku tertekan dengan kehidupan rumah tangganya. Apalagi mereka yang juga berperan sebagai wanita karir. Sakit kepala! Yang harus dikhawatirkan adalah; ke mana para tonggak keluarga ini berlari? Belanja? Arisan? Sinetron dan infotainment?
Waduh. Gawat juga kalau ini dibiarkan. Apalagi sosok seorang istri dan/atau ibu digambarkan sebagai pion penting dalam keluarga. Sampai ada pepatah yang bilang, “Didiklah seorang pria, maka kau akan mendapat pria terpelajar. Tapi didiklah seorang wanita, maka kau akan mendapat sebuah generasi yang terpelajar pula.”
Atas pertimbangan di ataslah didirikan sebuah kegiatan bernama Pengajian Wanita Salman (PWS) Salman ITB. PWS berfungsi sebagai wadah pembelajaran serta pembinaan muslimah terpusat di lingkungan Masjid Salman. Bisa dibilang kegiatan ini merupakan sebuah fasilitas pendidikan agama bagi para muslimah, terutama untuk yang sudah berkeluarga.
“Pengajian Wanita Salman adalah tempat untuk menimba ilmu dalam menciptakan keluarga yang sakinah, penuh dengan kasih sayang, rahmat serta ridho Allah SWT,” ujar Dyah Kusumastutie (Ketua umum PWS) ketika diwawancarai di Sekretariatan PWS, Selasa (7/5) lalu.
Program tahunan ini berada di bawah naungan Divisi Bidang Dakwah (DBD) Salman ITB. Kegiatan ini terbuka untuk umum. Pesertanya berasal dari kalangan  ibu-ibu, mahasiswa, sampai pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA). PWS sendiri awalnya didirikan oleh mahasiswi dan ibu-ibu yang membutuhkan pencerahan agama.  Mereka ingin menciptakan kegiatan positif untuk daripada melakukan hal tidak berguna.
Di dalamnya ada program Seksi Kursus Singkat (SKS), Kursus Keluarga Sakinah (KKS), Kursus Intensif Ramadhan (KIR), Kursus Kajian Islam (KKI), dan Seminar Sehari. Sedangkan Program dari Seksi Ceramah ada Pengajian Jum’at, Ceramah Sabtu Terakhir dan Pertemuan alumni. Di Pertemuan Alumni, yang datang adalah peserta dari angkatan-angkatan sebelumnya. Dari Seksi Sosial ada Penghimpunan Dana  dan Penyaluran Dana. Terakhir, dari Seksi Usaha ada Penghimpunan dana dan Pengadaan kalender.
Kegiatan-kegiatan dalam PWS bertujuan agar para ibu bisa menuntun keluarganya dalam mencapai kesejahteraan. Terutama kesejahteraan rohani yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Misalnya keimanan, ketaqwaan, ilmu jiwa, pendidikan dan sebagainya. Selain menjadi modal dalam membina keluarga sejahtera, peserta juga bisa meningkatkan ukhuwah  dengan  jamaah Masjid Salman lainnya.
“Kita untuk lebih meluas mengenal agama tidak hanya sekedar dari ibu rumah tangga saja, yang pada akhirnya mahasiswa juga akan membutuhkan kebutuhan untuk belajar mencari ilmu keagamaan, pasti akan semakin meluas dan semakin tinggi, awalnya kami rumah tangga tetapi kebutuhan saat ini masih banyak,” kata Teti Savitri, Wakil ketua PWS.
Harapan tim PWS, selain dapat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) – terutama  muslimah – yang fokus mempelajari dan memahami ilmu agama, juga dapat membina keluarganya dengan ilmu-ilmu tersebut. Ilmu dapat, jaringan makin luas, dan insya Allah, penuh berkah.*** [Ed: Dh]

Pernikahan : Sebuah Pemberdayaan Masyarakat Untuk Kehidupan Yang Layak

Peserta Nikah Massal yang sedang di wawancarai oleh Kepala KUA di Gedung Sayap Selatan (GSS) Salman ITB, Sabtu (11/5).
Foto Oleh : Bustomi
Peserta Nikah Massal yang sedang diwawancarai oleh Kepala KUA di Gedung Sayap Selatan (GSS) Salman ITB, Sabtu (11/5).
Bukankah setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai, tanpa memandang status sosial, pendidikan, suku, agama, bangsa dan ras? Umumnya para pemulung mereka pun ingin merasakan bagaimana kehidupan rumah tangga yang bahagia. Karena ketidaktahuan akan peraturan yang berlaku dan biaya yang membuat mereka terhenti akan mimpinya itu. Pada akhirnya mereka melakukan “kumpul kebo” (hidup bersama sebagai suami istri di luar pernikahan).
Memang keberadaan akan pemulung ini tidaklah diakui keberadaannya oleh pemerintah. Oleh karena itu KBIH angkatan 11 bersama Rumah Amal yang dibantu oleh Badan Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat (BP2M) menyelenggarakan acara Nikah Massal, tetapi untuk kali ini adalah tahap pertama untuk wawancara nikah massal, yang bertempat di Gedung Sayap Selatan (GSS) Masjid Salman ITB, Sabtu (11/5). Acara ini dimaksudkan untuk memastikan status dari kedua pasangan antara perempuan dan laki-lakinya itu seperti apa? apakah masih single atau sudah berpasangan?
Adanya nikah massal ini, KBIH bertujuan untuk kegiatan bakti sosial menikahkan mereka yang terbelakang, agar mereka tidak dibiarkan lagi untuk hidup kumpul kebo terus-terusan dengan cara mengesahkan mereka melalui nikah massal ini.
Acara pertama sebelum acara puncak dari nikah massal ini untuk memastikan status kejelasan dari masing-masing pasangan. Apakah laki-lakinya masih jejakakah atau duda, serta status perempuannya masih single atau sudah janda, tetapi masih ada ikatan atau tidakkah dengan suami dahulunya itulah yang patut dipertanyakan. Oleh karena itu untuk mengenai status kejelasan dari laki-laki tidaklah terlalu beresiko tetapi kalau untuk status perempuan itu sangat beresiko sekali. Banyak peraturan yang harus dilalui setiap orang yang ingin menikah.
“Jika tidak ditemukan akan kebenaran seorang istri ada tidak suaminya atau sudah meninggal atau bener tidak bersama lagi, untuk “menikah lagi itu tidaklah boleh. Karena statusnya masih dipertanyakan,” tutur Siti Annah Kunyati (Ketua dari Seksi Sosial KBIH).
Dengan adanya wawancara nikah massal ini sebelum ke acara puncak mereka diberikan kemudahan untuk melalui tahap berikutnya. Disini mereka diberikan tausiyah ke agamaan oleh Ust. Syamsul dan ditanya akan kepersiapan mereka untuk menikah serta diberitahukan akan peraturan yang berlaku sebelum menikah untuk proses pernikahan yang sah itu seperti apa? Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) bapak Komarudin juga datang untuk mengecek status kejelasan dari tiap-tiap pasangan. Agar nanti ketika acara intinya pada, Minggu (26/5) nanti bisa meyakinkan kebenaran dan ke sah-an dari sebuah pernikahan.
Salah seorang peserta yang sangat berantusias ini sebut saja Asep seorang pemulung dan calon istrinya Marfuah, Walaupun usia mereka yang berbeda cukup jauh ini, mereka ingin mengubah kehidupannya itu setelah menikah agar tidak terinjak-injak lagi akan harga diri mereka. “Saya ingin seperti orang lain mempunyai keluarga pribadi, ya jadi orang yang layaklah tidak sampai diinjak-injak. Ya namanya juga orang yang dijalan, ketika orang baik hidup dijalan pasti tetap saja dianggap jelek, tetapi intinya saya ingin berkeluargalah yang jangan sampai hidup di jalanan lagi,” ujarnya.***[Ed: Dh]
Powered By Blogger

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international voip calls